LUKA + OKSIGEN = PENYEMBUHAN
Setiap orang di seluruh dunia setiap 30 detik mempunyai kesempatan kehilangan 1 kaki (lower limb) karena menjalani amputasi sebagai akibat dari diabetic foot disease (Nursing Review 2009). Di Australia, diidentifikasi sekitar 275 orang menderita diabetes type-2 setiap hari. Data-data menunjukkan bahwa luka-luka kronis sebagai akibat diabetes dan/ atau pada usia tua, telah meningkatkan anggaran kesehatan Australia secara significant yaitu hingga mencapai $AUD 500 million setiap tahun. Hal ini mengindikasikan bahwa sedemikian besarnya biaya yang harus dikeluarkan oleh negara ini apabila wound care management dilakukan kurang effective. Dengan mempertimbangkan hal tersebut maka sebuah tim kerja kesehatan di Quinnsland University mengembangkan sebuah program yang khusus ditujukan kepada penderita-penderita diabetes yang mengalami luka kronis pada kaki.
Tim kerja kesehatan yang terdiri dari para peneliti international tersebut menegaskan pentingnya penggunaan hyperbaric oxygen therapy (HBOT). Therapy oksigen murni dengan tekanan udara rendah ini, bila secara intermiten dipaparkan pada luka kronis diabetes menyebabkan peningkatan proses penyembuhan sehingga dengan demikian akan mengurangi kemungkinan tindakan amputasi.
Jennifer Flegg, salah satu anggota tim kesehatan tersebut mengungkapkan bahwa banyak faktor yang menyebabkan penurunan blood flow pada jaringan, dimana blood flow yang adekuat merupakan kunci penting tercapainya healing processes yang baik dari sebuah luka kronis. Beberapa penelitian telah mengungkapkan bahwa HBOT secara significant mampu meningkatkan blood flow, sementara therapy lain yang tidak disertai dengan extra pressure Oxygen dipertimbangkan kurang berdampak positif pada penyembuhan luka kronis pada diabetes bila dibandingkan dengan HBOT. Ditambahkan pula oleh Flegg bahwa HBOT sebaiknya dilaksanakan secara berlanjut hingga luka berhasil sembuh dengan sempurna. Namun, setiap orang mempunyai kapasitas penyembuhan yang berbeda-beda terhadap HBOT. Untuk mendapatkan jawaban yang pasti atas asumsi ini, sebaiknya ada sebuah penelitian yang memfokuskan pada treatment secara individu dalam upaya untuk mengoptimalkan outcomes dari HBOT pada setiap pasen. Sebagai tambahan, HBOT juga digunakan oleh pakar kesehatan dalam peningkatan upaya penyembuhan beberapa kasus, misalnya pada luka bakar, Gangrene, near drowning, smoke inhalation, keracunan gas Carbon Monoxide (CO), dan near electrocution.
Rumah Sakit Sanglah Denpasar sebagai rumah sakit terbesar di Bali dan sekaligus rumah sakit pendidikan tenaga kesehatan (dokter, perawat, gizi, dll) serta rumah sakit rujukan untuk wilayah Indonesia bagian Timur, juga telah dilengkapi dengan sebuah unit hyperbarik chamber. Dari data yang ada diharapkan HBOT akan mampu untuk dimanfaatkan pada kasus-kasus yang lain seperti diabetic foot disease, luka bakar, dan gangrene. Dalam menjawab tantangan ini, diharapkan adanya peningkatan pengetahuan dan ketrampilan tenaga kesehatan dalam penggunaan hyperbaric chamber. Maintenance system yang meliputi perawatan alat dan penerapan prosedur yang tepat juga turut mendukung effektifitas pelayanan canggih ini. Komunikasi yang effective antara dokter-dokter yang mengirimkan pasennya untuk dilakukan HBOT dengan clinician yang bekerja di ruangan hyperbaric juga menentukan keberhasilan upaya HBOT ini. Dengan upaya-upaya positif tersebut, kelancaran pelaksanaan HBOT dan peningkatan kualitasnya akan dapat dicapai secara optimal, yang akhirnya berdampak pula pada pelayanan rumah sakit Sanglah secara umum.