Seperti yang mungkin belum banyak orang ketahui kelainan denyut nadi atau yang sering yang disebut disritmia jantung adalah kejadian yang cukup umum pada periode perioperatif. Disritmia jantung dapat mengancam jiwa dan sering ditemui selama anestesi untuk operasi jantung ataupun non-jantung. Karena tingginya insiden dan potensi efek merusak dari disritmia itu sendiri, pengenalan dan manajemen yang cepat adalah yang paling penting untuk pencegahan komplikasi yang berat. Disritmia jantung sendiri yang paling umum kita ketahui adalah takikardia atau peningkatkan denyut nadi dari nilai normal, dan bradikardia atau penurunan denyut jantung dari nilai normal.

Setelah diagnosis disritmia, perbedaan antara disritmia ringan dan yang membawa risiko kematian mendadak merupakan hal mendasar. Pemilihan agen anestesi penting untuk meminimalkan kejadian disritmia. Pencegahan sama pentingnya dengan pengobatan disritmia. Pengenalan faktor risiko, pemilihan obat yang memadai untuk setiap pasien, dan pemantauan merupakan langkah paling penting dalam pencegahan. Pada pasien dengan risiko QT yang memanjang, EKG awal baru-baru ini penting. Elektrolit harus dipantau dan dikoreksi bila perlu. Verifikasi fungsi ginjal dan hati penting pada pasien yang menggunakan obat-obatan yang dapat menyebabkan disritmia. Selain itu, dosis harus disesuaikan bila diperlukan. Interval QT yang berkepanjangan harus dipantau secara ketat oleh ahli anestesi, karena beberapa obat berpotensi memperpanjangnya, dan interaksi di antara mereka dapat menjadi bencana besar. Disritmia dapat diklasifikasikan sebagai disritmia yang dapat dimodifikasi dan tidak dapat dimodifikasi. Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi termasuk penyakit jantung koroner, pembesaran jantung, perubahan konduksi sistem saraf otonom, atau sindrom long-QT (LQTS). Di antara faktor-faktor yang dapat dimodifikasi adalah perubahan elektrolit salah satu contohnya adalah pada perubahan ion K+ dapat menghasilkan peningkatan otomatisitas dan pembentukan impuls yang tidak normal yang menyebabkan perubahan pada denyut nadi.

Pada pembiusan itu sendiri, memerlukan penggunaan obat-obat anestesi yang mungkin akan mempengaruhi dari irama jantung. Sehingga bila terdapat sesuatu yang mendasari kelainan irama jantung sebelum tindakan pembiusan, maka akan dapat memperberat efek dari yang ditimbulkan obat anestesi itu sendiri terhadap irama jantung. Beberapa contoh obat anestesi yang dapat mempengaruhi irama jantung adalah opioid dan propofol karena dapat menurunkan denyut jantung.

Dari hal diatas dapat dikesimpulan, pentingnya pemeriksaan sebelum melakukan tindakan pembiusan. Para dokter akan melakukan pemeriksaan pada pasien secara menyeluruh, dan bila terdapat kelainan pada denyut nadi maka akan di cari lebih mendalam penyebabnya sehingga dapat di terapi terlebih dahulu sebelum melakukan tindakan pembiusan. Dan sebagai seorang pasien, ada baiknya kita selalu berkomunikasi dengan dokter yang menangani kita tentang setiap riwayat dan permasalah yang ada, dan juga mengikuti setiap arahan yang ada.

Penulis:

Dr. Tjahya Aryasa EM, Sp.An, KAO

Daftar Pustaka:

  1. Nacur Lorentz, M. and Silviano Brandão Vianna, B., 2011. Cardiac Dysrhythmias and Anesthesia. [online] scieno. Available at: https://www.scielo.br/j/rba/a/9WXDXZpNRdnNYbxjFs4Phsz/?format=pdf&lang=en. Accessed 18 February 2022
  2. Thompson, A. Balser J.R. 2004. Perioperative Cardiac Arrhythmias. British Journal of Anesthesia. doi: 10.1093/bja/aeh 166
  3. Noronha D, Mauricio S, Rodrigues I. Long QT syndrome and anaesthesia. Anaesthesia Tutorial of The Week. 2021;449:8 Available from: https://resources.wfsahq.org/atotw/long-qt-syndrome-and-anaesthesia
  4. Zuraini M. Life Threatening Cardiac Arrhythmias during Anesthesia and Surgery. 2021; DOI: 10.5772/intechopen.101371