Dewasa ini, berbagai sumber penyakit dapat menyerang sistem tubuh manusia, baik pada anak-anak maupun orang dewasa. Penyakit tersebut ikut berevolusi seiring dengan perkembangan zaman sehingga jenis yang ditemukan semakin bervariasi. Penyebabnya pun banyak, mulai dari penyakit akibat infeksi, pola hidup yang tidak sehat, proses penuaan, dan sebagainya. Salah satu jenis penyakit yang dapat kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari, adalah penyakit botulisme. Banyak masyarakat awam yang belum begitu familiar dengan istilah ini. Botulisme merupakan penyakit yang disebabkan oleh salah satu jenis bakteri, yaitu Clostridium botulinum, dimana bakteri ini menghasilkan racun yang akan menyerang sistem persarafan manusia. Awalnya, racun tersebut akan menyebabkan kelemahan pada tubuh, dimulai dari bagian wajah, turun ke masing-masing anggota gerak, sampai dengan otot pernafasan.
Mungkin anda bertanya-tanya, bagaimana racun dari kuman botulisme masuk ke dalam tubuh kita. Ada beberapa cara kuman untuk masuk ke dalam tubuh, salah satunya melalui konsumsi makanan dan luka terbuka. Makanan kalengan, makanan kadaluarsa, serta makanan beraroma tidak sedap dapat menjadi tempat kuman ini tumbuh dan berkembang hingga menghasilkan racun. Pada makanan kalengan, kita patut mencurigai adanya kontaminasi oleh kuman botulisme apabila kondisi kaleng menggembung, penggembungan terjadi akibat gas yang dihasilkan oleh bakteri. Bersama dengan itu, hal lain yang harus diwaspadai adalah kemasan rusak, dan timbul bau tidak sedap dari makanan tersebut. Selain melalui makanan, luka terbuka yang terkontaminasi dapat menjadi tempat kuman berkembang biak dan menghasilkan racun yang akan masuk ke dalam sistem peredaran darah.
Adapun berbagai tanda dan gejala yang ditimbulkan bervariasi, tergantung dari mana kuman tersebut masuk ke dalam tubuh. Apabila penyebabnya adalah konsumsi makanan yang mengandung racun, gejala utama yang dirasakan adalah mual, muntah, kembung, dan diare, dimana pada tahap lanjut penderita akan sulit untuk buang air besar. Gejala tersebut biasanya timbul dalam waktu 16 sampai 26 jam setelah mengkonsumsi makanan yang mengandung racun. Lain halnya apabila kuman tersebut masuk melalui luka terbuka, gejala utama yang timbul adalah kelemahan anggota tubuh, yang dimulai dari bagian wajah dan turun ke masing-masing sisi anggota gerak. Gejala tersebut timbul dalam kurun waktu 4 hari sampai 2 minggu terhitung sejak munculnya luka terbuka. Adapun persamaan gejala dari kedua jalur masuk kuman, yaitu menyebabkan pandangan ganda, tidak dapat membuka kedua kelopak mata, kelemahan otot wajah, mulut kering, kesulitan untuk menelan dan berbicara, lalu diikuti dengan kelemahan pada anggota gerak. Apabila gejala tidak tertangani dengan baik, maka dapat menyebabkan kelemahan pada otot pernafasan dengan hasil akhir pasien tidak dapat bernafas dan menyebabkan kematian.
Setelah mengetahui apa saja penyebab dan gejala yang ditimbulkan, pertanyaan selanjutnya yang mungkin muncul dalam benak anda adalah bagaimana cara kita mengetahui bahwa penyakit yang sedang diderita memang disebabkan oleh racun kuman botulisme. Botulisme patut dicurigai apabila terdapat tanda dan gejala yang telah disebutkan diatas, riwayat mengkonsumsi makanan yang terkontaminasi atau adanya luka terbuka, serta terdeteksinya racun atau kuman penyebab melalui pemeriksaan terhadap kotoran, bekas muntahan, makanan yang terkontaminasi, dan pada dinding atau dasar luka terbuka.
Secara umum, penanganan terhadap penderita botulisme adalah dengan segera memberikan penawar racun apabila didapatkan kecurigaan yang tinggi terhadap penyakit tersebut. Tatalaksana lainnya disesuaikan dengan penyebab yang mendasari serta seberapa berat kerusakan yang ditimbulkan oleh racun tersebut. Apabila disebabkan oleh luka yang terbuka, luka tersebut perlu dibersihkan dengan baik, mungkin dengan tindakan operasi, serta perlunya pemberian antibiotik oleh dokter.
Terdapat beberapa tips yang dapat diikuti untuk menghindari penyakit ini, yaitu: 1) Sebaiknya hindari konsumsi produk makanan kaleng; 2) Panaskan makanan olahan yang akan dikonsumsi minimal 10 menit dengan suhu mencapai 120°C; 3) Pastikan makanan yang dikonsumsi tetap terjaga kebersihannya; 4) Segera buang produk makanan kaleng yang sudah menggembung ataupun kemasan yang tampak sudah rusak dan tidak layak; 5) Hindari konsumsi makanan yang sudah terlampaui masa kadaluarsanya serta berbau tidak sedap; 6) Apabila terdapat luka terbuka, segera bersihkan dengan air mengalir dan bila perlu segera ke dokter untuk penanganan lebih lanjut. Botulisme tidak selalu dapat dihindari, namun dengan pola hidup yang teratur dan tepat, maka proses timbulnya penyakit tersebut dapat dicegah dengan baik.
Penulis:
Prof. Dr. dr. Tjokorda Gde Bagus Mahadewa, M.Kes, Sp.BS(K)Spinal, FICS, FINSS
dr. Christopher Lauren
Referensi
1. Sobel J. Botulism. Clin Infect Dis. 2005;41(8):1167-1173. doi:10.1086/444507
2. Greenberg MS. Handbook of Neurosurgery. Handbook of Neurosurgery. 2019.
3. Cai S, Singh BR, Sharma S. Botulism diagnostics: from clinical symptoms to in vitro
assays. Crit Rev Microbiol. 2007;33(2):109-125. doi:10.1080/10408410701364562
4. Lawrence DT, Dobmeier SG, Bechtel LK, Holstege CP. Food poisoning. Emerg Med Clin
North Am. 2007;25(2):357-ix. doi:10.1016/j.emc.2007.02.014
5. Palma NZ, da Cruz M, Fagundes V, Pires L. Foodborne botulism: neglected
diagnosis. Eur J Case Rep Intern Med. 2019;6(5):001122. doi: 10.12890/2019_001122