Diabetes mellitus (DM) tipe II merupakan kondisi kronis yang ditandai dengan resistensi insulin dan/atau disfungsi sel beta yang menyebabkan penurunan sekresi dan sensitivitas insulin.1 Jumlah penderita DM semakin meningkat tiap tahunnya serta menimbulkan berbagai macam komplikasi yang mempengaruhi kualitas hidup penderitanya. Saat ini diperkirakan jumlah penderita DM sekitar 415 juta orang, sedangkan 318 juta orang menderita gangguan toleransi glukosa yang memiliki risiko tinggi untuk berkembang menjadi DM di masa yang akan datang. Saat ini Indonesia menempati urutan ketujuh jumlah penderita DM dewasa dengan jumlah sekitar 10 juta orang, dan urutan ketiga jumlah penderita gangguan toleransi glukosa dengan jumlah sekitar 29 juta orang.2
Diperkirakan sekitar 50% penderita DM belum terdiagnosis di Indonesia. Hanya dua per tiga dari yang terdiagnosis menjalani pengobatan baik farmakologis maupun nonfarmakologis. Dari yang menjalani pengobatan, hanya sepertiga yang terkendali dengan baik. Bukti-bukti ilmiah menunjukkan bahwa komplikasi diabetes dapat dicegah dengan kontrol glikemik yang optimal.3 Diabetic foot (kaki diabetik) adalah masalah kesehatan utama. Pada tahun 2011, 350 juta orang di seluruh dunia (6,6% dari populasi) dan lebih dari 55 juta di Eropa menderita diabetes mellitus,(1) dan diperkirakan bahwa dalam waktu 15 tahun akan ada 500 juta orang di seluruh dunia dengan diabetes jika tidak mengambil tindakan yang untuk mencegah penyebaran penyakit ini.(2) Komplikasi kaki diabetes adalah penyebab utama rawat inap dan amputasi pada pasien diabetes. Ulkus kaki mewakili 85% dari semua amputasi. Faktor risiko lain untuk amputasi adalah riwayat diabetes lama, neuropati perifer dan perubahan struktural kaki, penyakit pembuluh darah perifer, kontrol glikemik yang buruk, riwayat ulkus kaki, operasi kaki sebelumnya dan / atau amputasi, retinopati dan nefropati.(2) Sekitar 20 – 40% dari biaya pelayanan kesehatan dihabiskan pada diabetes yang berhubungan dengan kaki diabetes.(1)
Perawatan optimal dan deteksi dini ulkus diabetes dapat sangat mengurangi terjadinya infeksi. Faktor risiko yang penting dalam perjalanan kaki diabetik adalah: neuropati perifer (motorik, sensorik dan otonom), deformitas struktural dan anatomi, penyakit pembuluh darah perifer, penurunan sistem imun dan kontrol metabolik yang buruk, serta pengaruh sosial seperti emosional, masalah psikologis dan perilaku.(1,3) Sehingga pengetahuan tentang patogenesis komplikasi kaki diabetik akan memberikan kontribusi terhadap strategi pencegahan untuk menyelamatkan anggota tubuh bagian bawah.
Penulis:
Wira Gotera, Ida Bagus Aditya Nugraha
Departemen/KSM Penyakit Dalam, Divisi Endokrinologi. Metabolisme, dan Diabetes
Fakultas Kedokteran Universitas Udayana-RSUP Sanglah Denpasar Bali
REFERENSI
- Lepantalo M, Apelqvist J, Setacci C, Ricco JB, de Donato G, Becker G, et al. Chapter V: Diabetic Foot. European Journal of Vascular and Endovascular Surgery. 2011; 42(S2): S60–S74.
- Rebolledo FA, Soto JM, de la Peña JE. The Pathogenesis of the Diabetic Foot Ulcer: Prevention and Management. In: Global Perspective on Diabetic Foot Ulcerations. Thanh Dinh (Ed.) [cited March 2017 ]. Available from: http://www.intechopen.com/books/globalperspective-on-diabetic-foot-ulcerations/the-pathogenesis-of-the-diabetic-foot-ulcer-prevention-andmanagement
- Mendes JJ, Neves J. Diabetic Foot Infections: Current Diagnosis and Treatment. The Journal of Diabetic Foot Complications. 2012; 4 (2), 26-45.